Hal yg terindah dalam hidupku adalah ketika ibu bisa tersenyum bangga dengan apa yg kulakukan. Kesucian cinta telah terukir dari airmatanya. Kesejatian cinta telah terpancar dari belaianya. Senyum dan tawa adalah untaian do'a yang terindah.
Jumat, 26 Juli 2013
IBU
Jalannya sudah tertatih-tatih,
karena usianya sudah tua, sehingga kalau tidak perlu
sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai
seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo,
karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa
berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari
anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab
atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia
menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu
mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap
mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.
"hari ibu"Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat
di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak
ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis
maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya
cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun
demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari
Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan
memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya
seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love – Kasih. Siang ia
harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit
sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia
bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur
lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah
ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan
restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun
biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena
ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya
akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau
memberikan ayah tiri kepada putrinya. Sejak ia melahirkan putrinya ia
menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu
terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli,
ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau
membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas
pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik
dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.
"pengorbanan ibu"Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di
luaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin
menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda
sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah
dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya,
maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan
sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan
bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering
sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan
putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk
ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia
tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi
putrinya yang tercinta. Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya
putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh
cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken.
Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua.
Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia
merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu
pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon
suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. Pada saat
putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya
pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan
kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling
belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan
memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia
tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh
menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya
telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar
berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat
mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi
ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk
ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan
kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena
keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya,
ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah
keluarga putrinya. "hari ibu"Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya
diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa
dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya
melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima
kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan. Di
rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan
binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada
dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh
putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya
bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang
dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa
agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman
itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.
Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang
mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit
dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada
pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk
menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo. Puluhan tahun ia tidak bisa
dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pension
yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan
pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya. Pada
tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi,
tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia
merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia
dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh
melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh
uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah
terakhir untuk putrinya. Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di
bawah nol dan salujupun turun dengan lebatnya, jangankan manusia
anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran
sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke
rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang
terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu
datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena
jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah
putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek
tua yang berada dlm keadaan sakit. "kasih ibu"Setiba di rumah putrinya
dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata
purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya
tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah
rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor:
“Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah
kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di
belakang rumah!” “Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya
ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali
lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja,
karena di luaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak
kuat lagi nak!” kata wanita tua itu. “Maaf saya tidak ada waktu, di
samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat
tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu,
jangan sembarangan datang begitu saja!” ucapan putrinya dengan nada
kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu
kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis. Tidak ada
rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah
beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau
pinjam telepon di rumah putrinya “Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami
pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di
halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati
kedinginan!” "hari ibu"Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan
jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali
kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah
ia dapatkan selama hidupnya. Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan
anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.
Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi
anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada
perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun.
Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit
dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari
tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah
kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja “Mother’s Day” sedangkan
di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan
hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu. Kita akan bisa lebih
membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita
untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun
hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita
terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu
jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis
dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir
kali berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita
masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu
telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.